Sunday, January 6, 2013

Kesalahan pada Tata Bahasa Indonesia

Pedoman pemakaian berbahasa Indonesia itu sarat dengan beragam aturan yang harus ditaati oleh para pengguna bahasa. Hal ini disebabkan kemahiran berbahasa mencerminkan sikap penggunanya karena. Jika pengguna bahasa berhati-hati menggunakan bahasa, sesungguhnya sikapnya itu mencerminkan kualitas dirinya. Oleh karena itu, hendaknya kita terus berusaha agar menjadi pengguna bahasa yang taat terhadap tatabahasanya. Dalam kasus kesalahan-kesalahan berbahasa, saya menemukan tiga jenis kesalahan yang sering dilakukan pengguna bahasa. Berikut penjelasannya.


Kesalahan Frasa Idiomatis
Frasa idiomatis adalah kelompok kata yang selalu hadir secara berpasangan untuk mendukung satu pengertian. Jadi, kelompok kata ini selalu memiliki pasangan sehingga berjumlah dua kata. Hubungan dua kata ini tidak boleh dipisahkan karena akan mengganggu penangkapan pemaknaan kalimat yang dibentuknya. Perhatikan bentuk kalimat di bawah ini.

Contoh 1:
Pelemparan granat di Solo diduga berkaitan Pilkada Jakarta.

Jika dibaca sekilas lalu, seakan kalimat tersebut tidak memiliki kesalahan. Namun, sebenarnya kalimat tersebut merupakan bentuk kalimat yang salah. Kesalahan itu terletak pada ketidakhadiran kata tugas dengan setelah kata berkaitan. Mengapa? Karena kata berkaitan selalu berhubungan dengan pihak kedua.

Dengan demikian, kalimat tersebut perlu diperbaiki menjadi kalimat di bawah ini :
Pelemparan granat di Solo diduga berkaitan dengan Pilkada Jakarta.

Selain frasa idiomatis berkaitan dengan di atas, kita dapat menjumpai frasa idiomatis yang lain, yaitu sehubungan dengan, berhubungan dengan, berpasangan dengan, bertanding dengan, berkenaan dengan, bergandengan dengan dan lain-lain.

Kesalahan Kata Ulang
Kata ulang atau yang sering disebut reduplikasi adalah kata yang mengalami perulangan bentuk dan makna. Perulangan ini dapat terjadi sebagian dan seluruhnya. Bahasa Indonesia memiliki empat jenis kata ulang, yaitu kata ulang utuh atau penuh, kata ulang sebagian, kata ulang berubah bunyi, dan kata ulang berimbuhan. Dari empat jenis kata ulang di atas, kita mudah sekali menemukan kesalahan penggunaan kata ulang sebagian. Perhatikan kalimat di bawah ini.

Contoh 2:
Presiden telah berulangkali menyampaikan penjelasan bahwa koruptor harus dihukum berat.

Sepintas kalimat di atas tidak salah. Namun, kita akan menemukan kesalahan itu jika kalimat itu dicermati secara saksama. Di manakah kesalahan kalimat di atas terjadi? Jawabnya adalah penggunaan kata berulangkali. Kata berulangkali termasuk kata yang tidak baku karena tidak menunjukkan makna tunggal. Kata tersebut berasal dari dua jenis kata yang berbeda tetapi digabung begitu saja. Seharusnya kata tersebut dikembalikan kepada bentuk semula agar dapat diubah menjadi dua kata ulang yang berbeda. Dengan demikian, kata berulangkali perlu diganti menjadi berulang-ulang atau berkali-kali.

Berdasarkan penjelasan di atas, kalimat di atas harus diubah menjadi kalimat di bawah ini.
Presiden telah berulang-ulang menyampaikan penjelasan bahwa koruptor harus dihukum berat.
atau
Presiden telah berkali-kali menyampaikan penjelasan bahwa koruptor harus dihukum berat.

Kesalahan Resiprokal
Resiprokal adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyatakan dua perbuatan secara bergantian. Untuk menyatakan tindakan bergantian atau berbalasan, kalimat resiprokal dapat terlihat pada penggunaan kata saling atau jenis kata ulangnya. Perhatikan contoh kalimat resiprokal di bawah ini.

Contoh 3:
Kita harus saling bermaaf-maafan seusai merayakan lebaran.

Sepintas kalimat di atas sudah menjadi kalimat yang benar. Namun, sesungguhnya kalimat tersebut merupakan bentuk kalimat yang salah karena menggunakan dua bentuk kata untuk makna yang sama. Kesalahan pertama dapat dilihat pada penggunaan kata saling dan kesalahan kedua adalah penggunaan kata ulang berimbuhan bermaaf-maafan.

Karena menyatakan satu makna saling, seharusnya kalimat itu diubah menjadi kalimat di bawah ini.
Kita harus saling bermaafan seusai merayakan lebaran.
 atau
Kita harus bermaaf-maafan seusai merayakan lebaran.

Selain itu ada beberapa kesalahan lain pada tata bahasa Indonesia yang sering di jumpai. berikut pembahasannya :

Kata ganti orang
Penghayatanmu atas sajak yang telah dihafalkan itu hilang.
-> Dengan melihat kata penghayatanmu, tentunya kalimat tersebut ditunjukkan kepada orang kedua atau lawan berbicara. Karena itu kata kerja berikutnya, mestinya bukan dihafalkan, melainkan kauhafalkan.
-> Jadi, seharusnya kalimat tersebut diubah: penghayatanmu atas sajak yang telah kauhafalkan itu akan hilang.
-> Jika pelakunya orang ketiga, harus dikatakan: penghayatan atas sajak yang telah dihafalkan itu akan hilang.

Selain daripada
Selain daripada itu saya kabarkan pula ....
-> Kalimat tersebut merupakan bentuk rancu dari kalimat.
Lain daripada itu .... dan selain itu ....
-> Jadi, untuk menggantikan kalimat di atas dapat dipilih salah satu dari kedua bentuk tersebut.

Ubah
Hanya usaha kita sendirilah yang dapat merubah nasib kita.
-> Kata merubah barasal dari kata ubah. Karena awalan yang melekat pada kata tersebutme-, maka bentuk yang betul tentulah mengubah. Jika awalan di- yang melekat akan menjadi diubah. Bentuk perubahan betul, sebab yang melekat pada kata tersebut awalan per- dan akhiran -an. Juga bentuk berubah, sebab yang melekat pada kata tersebut awalan ber-.

Pun
Lafalnyapun sering menyimpang dari lafal yang umum.
-> Seperti halnya kalimat di atas kesalahan kalimat ini juga terletak pada penulisannya. yaitu penulisan partikel pun. Menurut EyD, partikel pun seharusnya ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Jadi kalimat tersebut seharusnya ditulis demikian:
Lafalnya pun sering menyimpang dari lafal umum.

Pembahasan masih berlanjut, kali ini kita bahas Bahasa Indonesia di dunia maya internet. Sebagai warga Indonesia yang baik, harusnya kita bangga menggunakan bahasa nasional kita. Seperti negara Inggris yang yang hampir seluruh warganya yang menggunakan dunia maya internet, selalu menggunakan bahasa mereka dengan baik tanpa harus menambah atau bahkan merubah bahasa nasional mereka. Namun tragis jika kita melihat pengguna internet atau yang lebih spesifik lagi situs-situs jejaring sosial seperti facebook dan twitter di Indonesia. Mencari pengguna jejaring sosial yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar itu seperti mencari sebuah jarum di kegelapan, atau bisa dibilang tidak mungkin. Pengguna situs jejaring sosial lebih suka keluar dari kaidah tata bahasa agar mereka lebih eksis di situs jejaring tersebut. Penyakit tata bahasa di dunia internet bisa dibilang sudah sampai stadium akhir dan sangat sulit di obati. Contohnya, mengunakan  dua jenis bahasa dalam satu kalimat “Sampean, udah makan?”, selain itu masih ada ratusan kesalahan lainya. Belum lagi kata-kata baru yang muncul di dunia maya, yang bila dicari artinya mungkin tak hampir semuanya tak memiliki arti yang jelas.Sperti “kamseupay” dan sebagainya. Jika kita tarik kesimpulan berarti di twitter dan facebook  Bahasa Indonesia itu tidak ada atau tidak di kenal.

Memang belajar bahasa memerlukan ketelitian dan kecermatan. Menguasai Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia tidaklah semudah dibayangkan banyak orang. Bahasa Indonesia memiliki kompleksitas aturan yang mengharuskan pemakai bahasa agar berhati-hati. Kesalahan kecil penggunaan bahasa Indonesia dapat mengakibatkan dampak besar karena ambiguitas makna yang dihasilkan. Belajar dari ketiga kesalahan dan cara memerbaikinya di atas, marilah kita berusaha mencintai bahasa Indonesia.

No comments:

Post a Comment