Sunday, April 14, 2013

Pengertian dan contoh Penalaran Deduktif

PENALARAN DEDUKTIF

Penalaran deduktif dikembangkan oleh aristoteles, thales, phytagoras dan para filsuf Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.
Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umum. Dengan memperkirakan fenomena bagaimana apel jatuh dan bagaimana planet-planet bergerak, Isaac Newton menyimpulkan teori daya tarik. Pada abad ke-19, Adams dan Leverrier menerapkan teori Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan keberadaan, massa, posisi, dan orbit Neptunus (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan (perturbasi) dalam orbit Uranus yang diamati (data spesifik).
Penalaran Deduktif bergerak dari sesuatu yang berifat umum kepada yang khusus. jika kita mengetahui S, sedangkan P adalah dari S, maka dapat ditarik kesimpulan tentang P. penarikan kesimpulan dengan cara deduktif tidak menghasilkan pengetahuan baru, karena kesimpulannya telah tersirat pada premisnya.

Contoh Penalaran deduktif :
1. Semua binatang punya mata
2. Srigala termasukbinatang
.:. srigala punya mata

A. Silogisme
     Silogisme adalah cara berpikir formal, yang jarang terjadi dalah kehidupan sehari-hari, kita menemukan polanya saja. Sebuah silogisme terdiri atas tiga term ( mayor, tengah dan minor) dan tiga proposisi (Premis mayor, premis minor, dan kesimpulan).
CONTOH :
1. Premis mayor : semua cendrakiawan adalah manusia pemikir
                                                S                             P(term mayor)
2. Premis minor : Semua ahli filsafat adalah cendrakiawan
                                             S(term minor)           P(term tengah)
3. kesimpulan    : semua ahli filsafat adalah manusia pemikir
                                             S                                   P

B. Persyaratan Silogisme
Di dalam silogisme hanya mungkin terdapat tiga term. Syaratnya sebagai berikut :
Ø  term tengah tidak boleh terdapat dalam kesimpulan.
Ø  dari dua premis negatif tidak dapat ditarik kesimpulan.
Ø  kalau kedua premisnya positif, kesimpulan juga positif.
Ø  term-term yang mendukung proposisi harus jelas, tidak mengandung pengertian ganda/menimbulkan keraguan.
 CONTOH: 1. semua buku mempunyai halaman.
                            2. ruas mempunyai buku.
                            3. ruas mempunyai halaman.
Keterangan : Dari premis mayor partikular dan premis minor negatif tidak dapat ditarik kesimpulan.
premis mayor dalam siogisme mungkin berasal dari teori ilmiah. penarikan kesimpulan dari teori ini mudah diuji. tidak jarang premis mayor berasal dari pendapat umum yang belum dibuktikan kebenarannya.
2. ENTIMEN
     Dalam kehidupan sehari-hari, silogisme yang kita temukan berbentuk entimen, yaitu silogisme yang salah satu premisnya dihilangkan/tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
 CONTOH:
Ø  menipu adalah dosa karena merugikan orang lain.
               kalimat diatas dapat dipenggal menjadi dua.
                a. menipu adalah dosa.
                b. karena (menipu) merugikan orang lain.
kalimat a merupakan kesimpulan, kalimat b adalah premis minor (bersifat minor) maka silogisme dapat disusun sebagai berikut :
Ø  premis mayor    : ?
Ø  premis minor     : Menipu merugikan orang lain.
Ø  Kesimpulan        : Menipu adalah dosa.
    Dalam kalimat itu, yang dihilangkan adalah premis mayor. perlu diingat bahwa premis mayor bersifat umum, jadi tidak mungkin subyeknya menipu. kita dapat berpikir kembali dan menentukan premis mayornya, yaitu perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa. entimem juga dapat dibuat dengan menghilangkan premis minornya. misalnya, perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa, jadi menipu adalah dosa. untuk mengubah entimen menjadi silogisme, mula-mula kita cari kesimpulannya, kata-kata yang menandakan kesimpulan ialah jadi, maka, karena itu, dengan demikian, dan sebagainya. kalau sudah cari/tentukan premis yang dihilangkan.
Sumber Buku:
Judul buku : Bahasa Indonesia diperguruan tinggi
Penulis        : Minto Rahayu
Penerbit      : PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Sumber lain:
http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran_deduktif

No comments:

Post a Comment