Silogisme adalah suatu proses penarikan
kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan)
dan sebuah konklusi (kesimpulan). Silogisme terdiri dari ; Silogisme Katagorik,
Silogisme Hipotetik dan Silogisme Disyungtif.
a. Silogisme
Katagorik
Silogisme
Katagorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik.
Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat
dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan
premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara
kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh :
-Semua Tanaman membutuhkan air (premis
mayor)….M…..P
-Akasia adalah Tanaman (premis minor)….S…..M
=Akasia membutuhkan air (konklusi) ….S…..P
(S = Subjek, P = Predikat, dan M = Middle term)
Hukum-hukum Silogisme Katagorik
1. Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus
partikular juga, seperti:
-Semua yang halal dimakan menyehatkan
-Sebagian makanan tidak menyehatkan,
=Jadi Sebagian makanan tidak halal dimakan
(Kesimpulan tidak boleh: Semua makanan tidak halal
dimakan).
2. Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus
negatif juga, seperti:
-Semua korupsi tidak disenangi.
-Sebagian pejabat adalah korupsi, jadi
=Sebagian pejabat tidak disenangi.
(Kesimpulan tidak boleh: Sebagian pejabat disenangi)
3. Dari dua premis yang sama-sama partikular tidak sah
diambil kesimpulan.
-Beberapa politikus tidak jujur.
-Banyak cendekiawan adalah politikus, jadi:
=Banyak cendekiawan tidak jujur.
4. Dari dua premis yang sama-sama negatif,tidak menyimpulkan
apa pun, karena tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi
premisnya. Kesimpul diambil bila sedikitnya salah satu premisnya positif.
Kesimpulan yang ditarik dari dua premis negatif adalah tidak sah.
-Kerbau bukan bunga mawar.
-Kucing bukan bunga mawar….. (Tidak ada kesimpulan)
-Tidak satu pun drama yang baik mudah dipertunjukkan.
-Tidak
satu pun drama Shakespeare mudah dipertunju
=Jadi: Semua drama Shakespeare
adalah baik. (Kesimpulan tidak sah)
5. Paling tidak salah satu dari term penengah haru:
(mencakup). Dari dua premis yang term penengahnya tidak ten menghasilkan
kesimpulan yang salah, seperti:
-Semua ikan berdarah dingin.
-Binatang ini berdarah dingin
=Jadi: Binatang ini adalah ikan. (Padahal bisa juga
binatang melata)
6. Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan
term redikat yang ada pada premisnya. Bila tidak, kesimpulan lenjadi salah,
seperti
-Kerbau adalah binatang.
-Kambing bukan kerbau.
=Jadi: Kambing bukan binatang.
(‘Binatang’ pada konklusi merupakan term negatif
sedangkan pada premis adalah positif)
7. Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis
layor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna mda kesimpulan menjadi
lain, seperti:
-Bulan itu bersinar di langit.
-Januari adalah bulan.
=Jadi : Januari bersinar di langit. (Bulan pada premis
minor adalah nama dari ukuran waktu yang panjangnya 31 hari, sedangkan pada
premis mayor berarti planet yang mengelilingi bumi).
8. Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek,
preidkat, dan term menengah ( middle term ), begitu juga jika terdiri dari dua
atau lebih dari tiga term tidak bisa diturunkan komklsinya.
b. Silogisme
Hipotetik
Silogisme
Hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik,
sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.
Ada 4 (empat) macam tipe
silogisme hipotetik:
a. Silogisme hipotetik yang
premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti :
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan. Jadi saya naik becak.
b. Silogisme hipotetik yang
premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah. Sekarang
bumi telah basah. Jadi hujan telah turun.
c. Silogisme hipotetik yang
premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah
dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak
dilaksanakan dengan paksa, Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
d. Silogisme hipotetik yang
premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila mahasiswa turun ke
jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah. Jadi
mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum
Silogisme Hipotetik
Mengambil
konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme
kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan ‘kebenaran konklusinya
bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita
lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal hukum silogisme hipotetik
adalah:
Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak
sah = salah)
Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Kebenaran hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan
berikut :
Bila
terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi Nah, peperangan
terjadi. Jadi harga bahan makanan membubung tinggi.( benar = terlaksana) Benar
karena mempunyai hubungan yang diakui kebenarannya.
Bila
terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi Nah, peperangan
terjadi. Jadi harga bahan makanan tidak membubung tinggi (tidak sah = salah).
Tidak sah karena kenaikan harga bahan makanan bisa disebabkan oleh sebab atau
faktor lain.
c. Silogisme
Disyungtif
Silogisme
Disyungtif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disyungtif sedangkan
premis minornya kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif
yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis
mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya.
Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam
arti sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas.
Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai
alternatif kontradiktif, seperti :
-la lulus atau tidak lulus.
-Ternyata ia lulus
= jadi la bukan tidak lulus.
Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayomya
mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti:
-Hasan di rumah atau di pasar.
-Ternyata tidak di rumah.
=Jadi di pasar.
Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun arti iuas
mempunyai dua tipe yaitu:
1. Premis minornya mengingkari salah satu alternatif,
konklusi-nya adalah mengakui alternatif yang lain, seperti:
-la berada di luar atau di dalam.
-Ternyata tidak berada di luar.
=Jadi ia berada di dalam.
2. Premis minor mengakui salah satu alternatif,
kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain, seperti:
-Budi di masjid atau di sekolah.
-la berada di masjid.
=Jadi ia tidak berada di sekolah.
Hukum-hukum
Silogisme Disyungtif
Silogisme
disyungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila
prosedur penyimpulannya valid, seperti :
-Hasan berbaju putih atau tidak putih.
-Ternyata berbaju putih.
=Jadi ia bukan tidak berbaju putih.
Silogisme
disyungtif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:
Bila premis minor mengakui
salah satu alterna konklusinya sah (benar), seperti:
-Budi menjadi guru atau pelaut.
-la adalah guru.
=Jadi bukan pelaut
Bila premis minor mengingkari salah satu a konklusinya
tidak sah (salah), seperti:
-Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.
-Ternyata tidak lari ke Yogya.
=Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
-Budi menjadi guru atau pelaut.
-Ternyata ia bukan pelaut.
Jadi ia guru. (Bisa jadi ia seorang pedagang).
No comments:
Post a Comment